menyapih #2


Ah ya, tadi malam Dira kembali berhasil bobo tanpa harus mimi terlebih dahulu. Bangga sekali, sekaligus lega. Nadira sekarang melangkah ke proses pendewasaan selanjutnya. Dira menyapih dirinya sendiri. Aku tidak memaksanya. Aku hanya bilang pada Dira, Dira sudah besar sudah waktunya untuk berhenti mimi. Dan, sepanjang malam itu dia tak henti meyakinkan aku "Dira sudah besar ma, Dira udah ga mimi lagi" dan dia membuktikannya semalam. Bobo manis tanpa mimi -dan tanpa memainkan rambut-.

i love you dear..
i love you with all my heart..
no doubt about it.
:*

menyapih...


Adudu... orang-orang udah pada nyapih pas anaknya 2 tahun -malah kurang- tapi dira sampe sekarang masih susye buat disapih -atau bener kata orang, aku yang belom rela n tega buat nyapih?-.

Dira itu udah sering banget di "sounding" kalo mimi itu harusnya udah sampe dua tahun aja. Semenjak ulangtahunnya yang ke2, kita udah gencar menyuarakan kampanye menyapih -lebaay- daaaan sekarang Dira udah umur 3, tapi masih belum juga bisa disapih.

Sebelumnya dira pernah mengajukan penawaran "nanti aja kalo dira udah masuk sekolah Dira berhenti miminya". Oke, kita kasih perpanjangan waktu. Eh tapi, sekarang udah sekolahpun Dira masih belum mau berenti. Lanjut deh komprominya "pokoknya kalo Dira udah ulangtaun ketiga, dira berenti mimi ya" mamanya yang kali ini ngancem.

Ini udah beberapa minggu dari ulangtahun Dira yang ke3. Tapi masih belum juga berhasil dengan misi persapihan ini.

Tapi, kemaren malam. Tepatnya malam Rabu tanggal 20 November. Dengan kesadaran diri Dira bilang "Dira udah besar ma, Dira udah ga mimi lagi". Betul saja, malam itu Dira tertidur di pelukanku. Tanpa harus melalui ritual mimi yang tak pernah terlewatkan itu.

AAh.. aku bernafas lega malam itu. Anakku udah gede, bisikku. Dira udah bisa menyapih dirinya sendiri. Tapi, belum lama kelegaan itu bisa kurasakan. Subuhnya, saat Dira bangun tidur. Dia merengek-rengek, menangis sambil ngasih isyarat untuk mimi -walopun ga berani bilang-. Dasar emaknya ga tegaan, dimimiin lagi aja deh Diranya. Ga tahan lihat Dira nangis begitu.

Yaaah... belom berhasil nyapihnya. Harus mulai dari awal lagi. Tapi, aku tetap berpegang pada prinsip awalku. Ga mau memaksa Dira untuk menyapih. Tapi, sampai kapan?

Anakku, jadinya suku apa?

Kalo ditanya Dira berasal dari suku apa? jawaban yang tepat apa ya? Aku jelas-jelas orang Sunda. Dua orang tua saya asli Sunda, aku lahir dan besar di tanah Sunda, bisa berbahasa Sunda, mengenal sedikit kebudayaan Sunda. Sementara papanya, walopun lahir dan besar di Jakarta tapi orang tuanya berasal dari suku Jawa.
Jadi, Dira berasal dari suku apa? lahir di Surabaya, dari mama orang Sunda dan Papa orang Jawa. Emm, yang jelas dira orang Indonesia.

Kadang, orang Sunda sering di"ece" ga bisa ngelafalin huruf "F" dengan sempurna. Padahal sebagian besar bisa kok. Nah, Dira ga mewakilin ini. Dira sering kali cerita temen mainnya Fefe, di sela-sela ceritanya dia selalu menegaskan. Bukan "Pepe" ma, tapi "Fefe". ga tau siapa yang dulu manggil "Pepe" perasaan setiap nyebut namanya aku bilang "Fefe" kok.

Eh, tapi itu semacam pembuktian kalo Dira gak Nyunda.. buktinya dia bisa ngelafalin F dengan sempurna. Padahal ngomong aja kadang masih ga jelas.

Dira juga ga bisa bahasa Jawa. Walopun tinggal di Surabaya, yang sebagian besar orang pada ngomong bahasa Jawa, Dira belum mempunyai kosakata Jawa satupun. Dan, Alhamdulillah ngomongnya juga ga "medhok" seperti kebanyakan orang Jawa.

Ah ya, kalo Dira nanti di sekolah ditanya dia dari suku apa, kira-kira apa jawaban tepatnya ya? sepertinya Indonesia itu bukan suku bangsa.

selamat ulang tahun..


Usiamu sampai di bilangan tiga, anakku
padahal, sepertinya baru saja kemarin
aku mencium pipi lembabmu
sesaat setelah tangismu ramaikan dunia

Usiamu sampai di bilangan tiga, anakku
celotehmu
tingkahmu
menjadi obat ajaib untuk segala lelah
tetaplah ceria
sedihmu, duka mama anakku

Usiamu sampai di bilangan tiga, anakku
tak bosannya mama bisikkan di kupingmu
mama sayang dira, selalu
bersama dekap, yang semakin hangat
dan selalu bersambut

Usiamu sampai di bilangan tiga, anakku
jelang masa depan cerah yang terbentang di hadapanmu
jadilah jundi mama dan papa
yang taat Allah, dan Rasulnya

Usiamu sampai di bilangan tiga, anakku
jadilah anak shalihah
dan doakan kami, orangtuamu

tentang cinta..


satu hal yang aku tahu pasti
cintaku untuk kamu tak pernah mati

itu saja.
aku rasa, itu saja cukup.

benarkah?
ataukah banyak hal lain yang kita butuhkan?

sepertinya memang
ada hal penting yang kita luputkan

Kejutaaaan...

Mulai tidak suka dengan kejutan, terutama yang tidak menyenangkan. Tapi, kadang jika terlalu membenci sesuatu, ia malah lebih gencar mendekati. Seperti sekarang ini, saat benci-bencinya dengan segala rupa kejutan, mereka malah menghambur masuk ke kehidupanku begitu saja.

Ya, mereka. Bukan cuma satu atau dua saja kejutan yang aku dapatkan. Tapi banyak. Dan semua menyesakkan.