Puisi-Puisi Abdurrahman Faiz...


Kayaknya dulu Teh Penni pernah beli buku kumpulan puisi Abdurrahman Faiz. Judulnya Kumpulan-kumpulan Puisi dari Faiz untuk dunia.

Aku udah baca, tapi ga tau sekarang buku itu di mana. ini hasil gugling.. aku copas sini aja ya... Hebatnya, Puisi-puisi ini dibuat waktu dia masih 8 tahun. MasyaAllah.. hebat..



Oleh Abdurahman Faiz

HATTA

Engkau adalah kenangan
yang tumbuh dalam kepala dan jiwaku
Suatu malam kau datang dalam mimpiku
katamu:

jangan lelah menebar kebajikan
jadikan kesederhaan
sebagai teman paling setia

Aku anak kecil
berjanji menepati
jadi akan kusurati lagi
presiden kita
hari ini

(17 Agustus 2003)

PUISI BUNDA

bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
tapi semakin lama kuamati

senyuman bunda adalah puisi
tatapan bunda adalah puisi
teguran bunda adalah puisi

belaian dan doanya adalah puisi cinta
yang disampaikannya padaku
tak putus putus

tak putus putus
bahkan bila kutidur

(Mei 2003)

SITI DAN UDIN DI JALAN

Siti dan Udin namanya
sejak pagi belum makan
minum cuma seadanya
dengan membawa kecrekan
mengitari jalan-jalan ibu kota

Siti punya ayah
seorang tukang becak
ibunya tukang cuci
berbadan ringkih

Udin tak tahu di mana ayahnya
ditinggal sejak bayi
ibunya hanya pemulung
memunguti kardus dan plastik bekas

Mereka bangun rumah
dari triplek dan kardus tebal
di tepi kali ciliwung
tapi sering kena gusur

Bila malam tiba
mereka tidur di kolong jembatan
ditemani nyanyian nyamuk
dan suara bentakan preman

Siti dan Udin namanya
muka mereka penuh debu
dengan baju rombengan
menyanyi di tengah kebisingan

pagi sampai malam
tersenyum dalam peluh
menyapa om dan tante
mengharap receh seadanya

Beribu Siti dan Udin
berkeliaran di jalan-jalan
dengan suara serak
dan napas sesak oleh polusi

kalau hari ini bisa makan
sudah alhamdulillah
tapi tetap berdoa
agar bisa sekolah
dan punya rumah berjendela

(Februari 2003)

HARRY POTTER

Sudahkah kau temukan
ramuan paling rahasia itu
agar seluruh orang di dunia
bisa saling cinta?

(Oktober 2002)

AYAH BUNDAKU

Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku

Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku mencintai surga
Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah nanti

(Januari 2002)

MENARUH

Aku menaruh semua mainan
dan teman di sisiku

Aku menaruh bunda di hatiku
dekat sekali
dengan tempat kebaikan

Tapi
Aku tak bisa menaruh Allah

Ia menaruhku di bumi
bersama bunda dan semua

Ia ada dalam tiap napas
dan penglihatanku

Allah, hari ini kumohon
taruhlah para anak jalanan,
teman-teman kecilku yang miskin
dan menderita
dalam belaianMu

dan buatlah ayah bunda
menjadi kaya
dan menaruh mereka
di rumah kami

Amin.

(Juli 2001)

JALAN BUNDA

bunda

engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu

(September 2003)

SURAT BUAT IBU NEGARA

Kepada Yang Terhormat

Presiden Republik Indonesia
Megawati
Di Istana

Assalaamualaikum.

Ibu Mega, apa kabar?
Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.

Ibu, di kelas badanku paling tinggi.
Cita-citaku juga tinggi.

Aku mau jadi presiden.
Tapi baik.
Presiden yang pintar,
bisa buat komputer sendiri.

Yang tegas sekali.
Bisa bicara 10 bahasa.
Presiden yang dicintai orang-orang.
Kalau meninggal masuk surga.

Ibu sayang,

Bunda pernah cerita
tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.
Dia itu pemimpin.

Umar suka jalan-jalan
ke tempat yang banyak orang miskinnya.

Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.
Soalnya Umar menyamar.
Umar juga tidak bawa pengawal.

Umar jadi tahu
kalau ada orang yang kesusahan di negerinya
Dia bisa cepat menolong.

Kalau jadi presiden
aku juga mau seperti Umar.

Tapi masih lama sekali.
Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.

Jadi aku mengirim surat ini
Mau mengajak ibu menyamar.

Malam-malam kita bisa pergi
ke tempat yang banyak orang miskinnya.

Pakai baju robek dan jelek.
Muka dibuat kotor.

Kita dengar kesusahan rakyat.
Terus kita tolong.

Tapi ibu jangan bawa pengawal.
Jangan bilang-bilang.

Kita tidak usah pergi jauh-jauh.
Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.

Mereka mengamen mengemis.
Tidak ada bapak ibunya.

Terus banyak orang jahat
minta duit dari anak-anak kecil.

Kasihan.

Ibu Presiden,
kalau mau, ibu balas surat aku ya.

Jangan ketahuan pengawal
nanti ibu tidak boleh pergi.

Aku yang jaga
supaya ibu tidak diganggu orang.

Ibu jangan takut.
Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.

Ada kan seperti di filem?
Pakai saja.

Ibu juga bisa kurus
kalau jalan kaki terus.

Tapi tidak apa.
Sehat.

Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin
di negara Indonesia.

Bisa tahu sendiri
tidak usah tunggu laporan

karena sering ada korupsi.

Sudah dulu ya.
Ibu jangan marah ya.

Kalau tidak senang
aku jangan dipenjara ya.

Terimakasih.

Dari

Abdurahman Faiz

Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur

PENGUNGSI DI NEGERI SENDIRI

Tak ada lagi yang menari
di antara tenda-tenda kumuh di sini
hanya derita yang melekat di mata

dan hati kami

Tidak satu nyanyian pun

pernah kami dendangkan lagi

hanya lagu-lagu airmata

di antara lapar, dahaga

pada pergantian musim

Sampaikah padamu, saudaraku?

(Oktober 2003)

BUNDA CINTAKU

Bunda

kau selalu ada di sisiku

kau selalu di hatiku

senyummu rembulan

baktimu seperti matahari

yang setia menyinari

dan cintamu adalah udara

yang kuhirup setiap hari

meski di dalam sedih

walau dalam susah

langkahmu pasti

jadikan aku insan berarti

terimakasih bunda cintaku

(November 2002)

TUJUH LUKA DI HARI ULANGTAHUNKU

Sehari sebelum ulangtahunku

aku terjatuh di selokan besar

ada tujuh luka membekas, berdarah

aku mencoba tertawa, malah meringis

Sehari sebelum ulangtahunku

negeriku masih juga begitu

lebih dari tujuh luka membekas

kemiskinan, kejahatan,

korupsi di mana-mana,

pengangguran, pengungsi

jadi pemandangan

yang meletihkan mata

menyakitkan hati

Tapi ada yang seperti lucu di negeriku

orang yang ketahuan berbuat jahat

tidak selalu dihukum

namun orang baik bisa dipenjara

Pada ulangtahunku yang kedelapan

aku berdiri di sini dengan tujuh luka

sambil membayangkan Indonesia Raya

dan selokan besar itu

Tiba-tiba aku ingin menangis

(15 November 2003)


YANTO DAN MAZDA

Yanto dan Mazda, tidurlah

malam telah larut

Frodo dan Sam sedang berjuang

memusnahkan Sauron

tidakkah sebaiknya kita

cium kening bunda

dan selekasnya masuk

lewat pintu-pintu mimpi

untuk membantu mereka?

(Februari, 2003)


SIAPA MAU JADI PRESIDEN?

menjadi presiden itu

berarti melayani

dengan segenap hati

rakyat yang meminta suka

dan menyerahkan jutaan

keranjang dukanya padamu

(November, 2003)


DARI SEORANG ANAK IRAK DALAM MIMPIKU, UNTUK BUSH

Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita

peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami

dengan bahasa yang paling perih

Irak, Afghanistan, Palestina

dan entah negeri mana lagi

meratap-ratap

Mengapa kau koyak tubuh kami?

apa yang kau cari?

apa salah kami?

kami hanya bocah

yang selalu gemetar mendengar

keributan dan ledakan

mengapa kau perangi bapak ibu kami?

Kini

kami tak pernah lagi melihat pelangi

hanya api di matamu

dan sejarah yang perih

tapi kami sudah tak bisa lagi menangis

Kami berdarah

Kami mati

(Oktober 2003)


PENULIS

Ayahku wartawan

bundaku sastrawan

dan akulah dia

yang susah payah

mengumpulkan semua cinta

semua duka

menjadikannya untaian kata

yang kualamatkan pada dunia

mungkin menjadi kebaikan

yang bisa dibaca siapa saja

dan sedikit uang

untuk kusedekahkan

pada fakir miskin

(Agustus 2003)


MUHAMMAD RINDUKU

Kalau kau mencintai Muhammad

ikutilah dia

sepenuh hati

apa yang dikatakan

apa yang dilakukan

ikuti semua

jangan kau tawar lagi

sebab ialah lelaki utama itu

memang jalan yang ditempuhnya

sungguh susah

hingga dengannya terbelah bulan

tapi kalau kau mencintai Rasul

ikutilah dia

sepenuh rindumu

dan akan sampailah kau padaNya

(April 2003)


KEPADA KORUPTOR

Gantilah makanan bapak

dengan nasi putih, sayur dan daging

jangan makan uang kami

lihatlah airmata para bocah

yang menderas di tiap lampu merah jalan-jalan Jakarta

dengarlah jerit lapar mereka di pengungsian

juga doa kanak-kanak yang ingin sekali sekolah

Telah bapak saksikan

orang-orang miskin memenuhi seluruh negeri

tidakkah menggetarkan bapak?

Tolong, Pak

gantilah makanan bapak seperti manusia

jangan makan uang kami

(Oktober 2003)


DOAKU HARI INI

Tuhanku

berikanlah waktumu padaku

untuk tumbuh di jalan cinta

dan menyemainya

di sepanjang jalan ayah bundaku

di sepanjang jalan Indonesiaku

di sepanjang jalan menujuMu

Amin

(Juli, 2003)


BUNDA KE AMERIKA

Sepucuk surat undangan sampai pagi ini di rumah kami

untuk bundaku tercinta

dari universitas di Amerika

aku tahu bundaku pintar

juga amat berbudaya

tak heran bila ia diundang bicara

sampai ke negeri adidaya

ia adalah muslimah ramah

dengan jilbab tak pernah lepas dari kepala

sehari-hari berbicara benar

dan tak henti membela yang lemah

dari berita yang kubaca

Amerika penuh rekayasa

khawatir pun melanda

bila jilbab dijadikan masalah

Bagaimana bila bunda

tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?

bukankah Presiden Amerika

menuduh dengan mudah

siapa saja yang tak dia suka?

Maka aku minta kepada Allah

agar bunda dilindungi senantiasa

bunda tersenyum dan memelukku

ia teguh pergi dengan jilbab di kepala

katanya: hanya Allah maha penjaga

(September 2003)


PUISI BUNDA 2

Engkau adalah puisi abadiku

yang tak mungkin kutemukan dalam buku

(November 2003)

Ayah

I
Sedalam laut, seluas langit
cinta selalu tak bisa diukur
begitulah ayah mengurai waktu
meneteskan keringat dan rindunya
untukku

II
Ayah pergi sangat pagi
kadang sampai pagi lagi
tapi saat pulang
ia tak lupa menjinjing pelangi
lalu dengan sabar
menguraikan warnanya
satu per satu padaku
dengan mata berbinar

III
Waktu memang tak akrab
denganku dan ayah
tapi di dalam buku gambarku
tak pernah ada duka atau badai
hanya sederet sketsa
tentang aku, ayah, dan tawa
yang selalu bersama

Penyair

Penyair memahat kata-kata
untuk orang-orang dewasa
dan menaburkan kata-kata
pada kanak-kanak sepertiku

Aku berloncatan menangkap huruf
sebagai isyarat
dan bait sebagai makna
kesetiaan yang kadang tak kumengerti

Aku memahat kata-kata
di bilik pembaca dewasa
mereka bertanya-tanya
yang mana titipan dewa

Aku menaburkan kata-kata
di kepala kanak-kanak
sebagai hujan, sebagai pasir
yang mereka tangkap sambil bermain


Akrostik...


Pas jama SD dulu, suka ada ledek-ledekan dari temen-temen pake nama kita. Kayak misalnya dulu namaku Nuri, mereka menggubah nama jadi becandaan. contohnya gini

N - Nuri Namanya
U - Usil sifatnya
R - Rajin Orangnya
I  - Imut badannya..

Hahaha.. kalo ini si edisi narsis. Dulu waktu SD lupa gimana ledekannya temen-temen. Tapi poinnya bukan itu.

Barusan, lagi asyik browsing tentang puisi -ya, diriku emang doooyaaan banget sama puisi. seneng baca, seneng belajar, sayangnya ga jago bikinnya- Diriku tiba-tiba inget sama jenis puisi yang disebut "akrostik". Artinya sajak dengan huruf awal baris menyusun sebuah kata atau kalimat.

Naah.. tanpa aku sadar. Temen-temenku jaman SD -Ralat, aku MI deng dulu. Madrasah Ibtidaiyah- Udah pada kenal sama akrostik ini. Hanya saja mereka terpaku sama nama temen, dan dijadiin bahan iseng. Coba kalo dibikin puisi, pasti lebih oke.

Baiklah, belajar tanpa praktek itu kurang afdol kayaknya. Nyoba bikin puisi akrostik aah..


Nak, tahukah kau aku sudah jatuh hati bahkan sebelum kita bertemu?
Aku mencinta, jauh sebelum kucium lembab pipimu
Dan cintaku bertambah lalu semakin bertambah setiap harinya
Ingar doaku, dengan namamu
Rapalkan pinta, untuk bahagiamu

Nadira Athaya....
 

me VS Meong


Sepertinya Perseteruan aku sama si Meong ga ada habisnya. Duluuuu sekali, pas aku masih SD, pas rumahku masih rumah panggung, si meong memulai perang denganku. Dia, dengan nyebelinnya pipis di plafon rumah yang persis ada di atas kepalaku. Bikin aku basah kuyup kena air pipisnya. Oke, itu baru satu.

Diriku waktu itu sempet ngira itu bocor karena ujan. Tapi, cuaca cerah. Dan.. baunya ituu.. Pesingnya minta ampun. Ga tau salah apa aku sama si kucing! Masa gara-gara dulu aku pernah ngiket lehernya pake simpul pramuka, terus dia berontak lari, yang menyebabkan lehernya kecekik, dia jadi marah? aku kan cuma becanda-.

Ga puas pipisin aku, dia lanjut pipis di ranjangku. Alamaaak.. Pipis sembarangan aja ni kucing. Ga diajarin toilet training apa sama emaknya? Padahal toilet rumahku legaaaaa...

Semenjak dua kali perlakuan tidak menyenangkan itu, aku jadi jijik sama si meong. Kalo ada dia, pasti aku jerit-jerit histeris. Ngusir dia jauh-jauh. -ini jijik apa takut ya?-

Dan, setelah bertahun-tahun dia tidak melancarkan serangan... Tadi pagi dia berulah lagi. Gak tanggung-tanggung, Dia E* di mushola kantor. Dan sialnya lagi, aku orang pertama yang mendapati itu benda menjijikan. Ya Tuhaaan... Lewat mana pula itu kucing masuk? Padahal itu ada toilet berjejer, bukannya E* di toilet!

Dasar Kucing!!

Awas ada E* Mpuus !!!

Ya Ampun.. mo dapet apa aku ini. Pagi-pagi kok udah disuguhi pemandangan -sama bau- tidak sedap?
Tadi, berhubung komuternya dateng pagi banget -dan aku juga berangkat lebih pagi karena kemaren sempet ketinggalan kereta- jadi aku nyampe kantor juga jadi kepagian. Setengah tujuh absen, nyalain kompi, terus siap-siap shalat.

Pas masuk mushola, udah mencium bau bau tidak sedap. "bau tai ucing iiih.." aku gerundel sambil manyun-manyun. Kok bisa? aku fikir cuma bau ga sedap karena karpet basah ato apalah. -Tapi bau asem kayak gini cuma dihasilkan bau tai kucing siih.. tapi masa di mushola?- diriku bingung sendiri.

Ya udah sih, aku shalat aja dulu. Pake mukena, trus ngerapiin sejadah yang kusut. KEJUTAAAAANN... Diriku menemukan seonggok "sesuatu" di bawah sajadah yang awut-awutan. Baunya makin menyengat deeeh. Ya Allah.. ini to sumber baunya.. Tapi kok bisa-bisanya ada ee empus di Mushola?

Masih pake mukena, diriku manggil-manggil mbak or mas CS. Siapa aja deh. Dan Akhirnya, mas-mas yang lagi ngepel aku seret ke mushola -ga diseret beneran si-. Dan.. diriku dengan memakai mukena, kembali ke ruangan. Sambil nahan mual trus berkoar-koar jadi ga bisa makan. -Tapi buktinya malah ngemil gabin, keripik, sama nyicipin otak-otak dari mbak Susi- huehehehe...

Eh, aku malah ga jadi shalat ini. gimana ini?

 Besok aja deh #nyengir

Abis ini, aku cuci mukena ajah. Siapa tau selama ini dipake bobo si empus.. Terus, nanti disimpen di laci meja aja kali ya.. biar aman.


Nadira naik panggung...


Ini kedua kalinya Nadira naik panggung. Sekolahnya Dira, ngisi acara di Giant Maspion Square Surabaya. Semua siswa kebagian tampil, dan Nadira kebagian "Frogy Dance".

Hari Sabtu itu Dira ada latihan di sekolahnya, aku nganterin aja ga ikut nonton. Kirain orang tua ga boleh nonton, ternyata banyak yang ikut liat. Aku telat pas ke sana, yang latihan udah yang modern dance ama fashion show.

Penasaran pengen tau dancenya kayak apa. Soalnya tiap Dira aku minta ngunjukin dancenya di rumah, Dira ga pernah mau.

Daaan.. tibalah pada hari H nya.
"Nanti jam 12 harus udah di giant pa" Kata Dira
"Kata Bunda begitu" Jawab Dira sengit pas papanya malah nanggepin "Kata Siapa?"

Okeh, jam setengah delapan berhasil lah aku ngajak Dira mandi. Setelah sebelumnya dia maunya males-malesan aja di kasur. -yang ini ngikutin papanya-.
"Kapan kita berangkat ma?" Tanya Dira
"Jam sepuluh ya" Dan jawaban aku ini jadi bahan pertanyaan Dira beberapa jam kemudian.

Sebentar-sebentar Dira nanya, "Ini jam berapa ma? Udah jam 10 belom?" Ga sabaran kepengen cepet-cepet berangkat. Aku juga ga sabar, pengen lihat aksi panggungnya dira -ecieeee...-

Molor setengah jam dari yang aku janjiin ke Dira. Setengah sebelas baru kita jalan. Numpang taxi. Nyampe sana, masih sepi. Iyalah.. Baru juga jam sebelas. Ada waktu deh buat makan siang dulu.

Dan dan dan.. setelah kami makan. -Dira ga mau makan, nasi capcaynya cuma disentuh dua suapan aja- kita langsung menuju panggung. Udah rame ternyata. Dira disambut sama bunda-bundanya, terus dipinjami bando dengan boneka kodok. Properti buat frogy dance. Dira semangat sekali. Duduk lesehan sama temen-temen lainnya di depan panggung. Aku, sama papanya nunggu di bangku penonton. Eyangnya juga. Akungnya muter-muter.


 Sempet pose cantik dulu, sambil nunggu giliran tampil. Sebelahan sama Aqsha. Sempet penasaran sama rumbai-rumbai di tangan Aqsha. "Ini apa?" sambil megang-megang pompom mini dari kertas krep warna warni itu. Mau taaaauu aja


Yaaak.. Giliran Dira naik panggung. Are You Ready? YES!! Kata Dira semangat. Mau aplot videonya ke sini tapi gagal teruus... Aku sampe takjub liat Dira begitu semangat di atas panggung. Gerakannya juga lumayan hapal dibandingin sama senam sehat ceria waktu milad sekolahnya dulu. Hasil Vidoenya sampe goyang-goyang, Soalnya aku ketawa-ketawa liat Dira dengan lincahnya ngangkat kaki ikutin irama. Dan tangannya yang luwes meliuk-liuk.

Tambah pinter aja ni anak mama.

Abis dari Giant. Kita ajak Dira Jalan-jalan ke Royal. Beli buku mewarnai sama buku cerita, naik kuda-kudaan trus maem  deh di Pizza Hut. Ini nih, tampang ngegemesin Dira sambil nunggu mba-mbak ngambil pesenan.



Pokoknya hari Minggu ini nyenengin banget. Tapi sayangnya, malemnya Dira bobo rada resah. Nangis-nangis terus sambil ngigo. Mungkin karena kecapean. Tapi pas bangun, udah semangat lagi kok. Aku sempet mandiin Dira sebelum berangkat ngantor. Walopun aku jadinya ketinggalan komuter.

Love you dear...

senjata makan tuan...


"Dira ga boleh makan coki-coki, nanti batuk!"
"Jangan minum air dingin ya, nanti batuk"
"Pake jaket ya sayang, biar gak masuk angin"
"Kalo ga bisa belajar dong nak"
"Dira jangan lari-lari, nanti kejedot!"

Itu cuma sedikit dari wejangan diriku buat Nadira. Ternyata semua emak di mana aja sama. Suka nyuruh-nyuruh, demen ngelarang-larang anaknya. Demi apa? ya demi kebaikan mereka laaah.. -tsaaaah..-

Yang ini seriusan, emang buat kebaikan mereka. Mana ada si orang tua yang mau menjerumuskan anaknya kepada ketidak baikan -ngomong apa si aku?- kecuali orangtua stres dan sakit jiwa mungkin.

eh, lanjut ke bahasan larang-melarang ini. Kayaknya list di atas itu top Five larangan dan perintah aku buat Nadira. Bisa-bisa, aku dicap bawel sama Dira, padahal kan aku pendiaam.. -Udah, yang ga setuju bilang ajah, jangan ngrundel di belakang.. -.

Jadi, Kapan itu aku foto-foto upeti dari mas Mahenk n mas Fanani. Itu tu.. coklat-colat buah curhat. Kan aku simpen di Hp fotonya. Pulang kerja, Dira yang emang biasanya mainin hpku nemuin lah itu foto..
"mama, mama... kok mama punya ini siih?" katanya sambil nunjukin foto itu
Wadduuh.. lupa ngapus barang bukti. Jejak ku terekam deh sama Nadira.
"Kok mama makan coki-coki si? nanti batuk looo!" Kata Dira.
Aku muter otak, gimana caranya menyelamatkan diri dari rasa malu. "itu bukan punya mama nak.. itu punya temen mama" Sambil ngasih alesan, sambil ngapus itu foto.DELETE. hhhh....

Untungnya Dira ga memperpajang urusan.. Pelajaran buat aku. Ga cukup cuma ngumpetin coki-coki di kantor. Dan membuang semua kemasannya di tempat sampah sebelum nyampe rumah. Amankan juga folder poto di hp. Jangan sampe nyimpen gambarnya. Oke. sippp..

"Papa, kok papa minum air dingin sih?" Naah.. kali ini papanya yang kena. Aku yang merasa diri selalu mencontohkan Nadira dengan kebiasaan minum suhu ruang -itu loo.. minum air dari dispenser, ga pake didinginin dulu di kulkas- melemparkan tatapan ke papanya.. "Kena looo..." huehehehehe..

Papanya mesam mesem. "Ini udah ga dingin nak, kan udah papa keluarin dari kulkas" Terus balik ngelirik aku "Tenang, suasana aman terkendali" itu ceritanya kita ngomong lewat tatapan mata ajah, kita kan bisa saling memahami tanpa kata-kata -eciiieeeee-.

"Papa masuk angin nak" Kata papanya Suatu hari. "Makanya papa pake jaket dong.. biar ga masuk angin" Naah kan.. papa ni suka ga nurut. Dira bilang juga apa. Jadi, tiap papanya mau berangkat kerja -subuh-subuh dan kalo dira pas bangun ikut nganterin ke pintu- Dira selalu ngasih wejangan. "Jaketnya diresletingin ya pa, biar ga masuk angin" Good girl...

Kalo lagi belajar nulis ato gambar, Dira suka menyerah gitu aja. Ngelempar pensilnya terus bilang. "Dira gak bisa" terus manyun. Aku pasti bilang "Makanya belajar dong nak, biar Dira bisa" Suatu malam, tanpa sinar bintang. Hanya sinar lampu yang menerangi kebersamaan kami -ya iyalah, di kamar mana ada sinar bintang-. Aku main-main lah sama Nadira.

Ceritanya, Dira minta aku gambarin ini itu.
"Bikinin kucing ma!" Siap laksanakan.
corat coretlah diriku di buku gambar, dengan niat menggambar kucing. Tapi hasilnya..
"Ini gambar apa ma?" Dira memperhatikan gambarku dengan seksama, jidatnya udah nyureng-nyureng
"Gambar kucing nak" Jawabku innocent.
"Gambar kucing kok gini?" Dengan kata lain. Gambar mama jelek. ini ga mirip kucing
"Mama ga bisa gambar nak" Pembelaan
"Kalo gak bisa, belajar dong ma!" Jedeeerrr.. senjata makan tuaan. -eh, nyonyaa-
Diriku pun tertunduk maluu...

Kalo Diriku yang melarang Dirinya -nadira maksudnya- baut gak lari-larian di rumah, itu kayaknya nasihat yang jarang sekali menimbulkan efek senjata makan tuan. Soalnya, emang Dira sering kejedot kalo lari-lari, sering kepeleset kalo lari-lari, dan kecelakaan-kecelakaan kecil lainnya. Kalo emaknya si, lari-lari dengan pengalaman. InysaAllah ga pake jatoh, apalagi kejedot. Dan, lari-lari di ruang PKB itu dibutuhkan. krusial sekali sodara-sodara. Berhubung padatnya jadwal ini sekre serabutan.
Jadi nak, jangan larang mama buat lari-lari yak. Mama ga bakal kejedot kok. Kalopun iya, mama bisa nahan sakitnya -tapi pasti ga bisa nahan malunya- Huahahaha

yaah.. begitulah
udahan yah
iya, udah aja
ada lagi gak?
*mikir. EEmm.. kayaknya ga ada,
yaudah kalo gitu

Mati Lampu...


Sekitar jam sebelas malem tadi, aku kebangun gara-gara mati lampu. Rasanya ga enak, tiba-tiba jadi sesak. Padahal gelap itu keadaan ga ada cahaya, bukan ga ada udara. Tapi ga tau kenapa aku kok jadi megap-megap macam ikan ga nemu aer..

Percaya ato nggak, yang pertama kali ada di kepala aku itu fikiran-fikiran tentang mati. Ini di kuburan bukan? aku masih idup apa udah mati? Eh, aku udah shalat Isya belom? dan setelah kesadaran balik penuh ke aku. Aku menggapai-gapai nyari hp. seingetku si tadi sebelom tidur, itu hp dimainin Dira. Dan bener sekali, itu hp aman di pelukan Dira.

Dengan bantuan cahaya hp yang remang-remang. Aku jalan ke dapur nyari lilin. Sayang banget, cuma nemu setengah batang ajah. Sisa dipake waktu mati lampu sebelumnya. Aku cari-cari di atas lemari, nihil. Cuma debu aja yang nempel di ujung jari.

Sambil banyak-banyak doa dalem hati supaya Dira ga kebangun. Aku kebelet pipis, belom shalat isya juga. Jadi, buru burulah aku menuntaskan semua hajat di kamar mandi. Wudu, -dengan sedikit kebat kebit takut ada yang nyolek d tengah gelap- terus nyalain lilin pake kompor gas. daaan. kembalilah aku ke kamar buat shalat Isya.

Duuh.. ni malem gelap banget ya. Di luar juga ga ada cahaya bulan. gimana di kuburan nanti ya?

Balik ke kasur, meluk Dira yang antara sadar dan nggak menggumam "mati lampu ya maa, Dira takut maa..." terus aku peluk erat-erat. Lebih buat nenangin aku yang fikiran ga karuan kebayang mati terus..

Dilema dalam hidup Nadira..


Di usianya yang masih belia -tsaaah..- Nadiraku ini ternyata sudah sering dihadapkan pada kebingungan-kebingungan.Ya, dia sering sekali melipat muka, memanyunkan bibir mungilnya, lalu menyangga dagunya di atas kepal kecilnya. "Dira bingung" katanya sambil melemparkan tatapan kosong.
Emak kepo ini tentunya langsung penasaran. Ni anak kecil satu ini bingung kenapa? Emaknya baru aja pulang, baru selese mandi, belom juga makan malem, udah disuguhin pemandangan kayak gini. Melihat anaknya kebingungan.
"Bingung kenapa nak?" Ga lupa pasang senyum manis.
"Dira bingung" lalu jeda "main balok apa main masak-masakan yaa?"
Gubraaak..
Aduh nak.. naak..
dilematis sekali ya pilihan yang ada di depan mata kamu. Huehehehe...
Akhirnya, setelah berfikir sebentar. Tanpa pake shalat istikharah. Dira menyeret emaknya yang gak kalah imut ini buat main balok. Ya gitu deeh.. nyusun-nyusun balok kayu, bikin bangungan, bikin menara, bikin terowongan, bikin apa aja.. Lalu setelah bosen, lanjut main masak-masakan.. Taraaaa.. kedua pilihan tadi kesampean kan nak?
Hari minggu kemaren, ternyata kebingungan itu kembali melanda Nadira. Di hp aku ini, dulu kan ada video anak-anak kesukaannya Dira. Barney lah, masha and the bear lah, dan lagu-lagu anak-anak juga. Tapi, dikarenakan beberapa waktu kemaren hpku error.. Ilanglah itu koleksi video. Jadi, kalo misalnya Dira kepengen nonton. Streaming dadakan deeh.. mana youtube downloadernya ngadat, ga bisa dipake donlot. Jadi, tiap kali dia minta nonton, berkurang banyaklah kuota dataku...
Tapi, minggu kemaren itu.. paket dataku udah abis. Papanya Dira juga ga di rumah. Dengan terpaksa aku ga bisa menuhin keinginan Dira buari streaming. Bukan ngelarang si.. cuma bilang "Pulsa mama abis nak, jangan nonton yang belum didonlot. Maen game ajah" tapi Dira mengartikan itu sebagai larangan. Hoho.. -Tapi ada jangannya itu kan, berarti ngelarang kan yah..-
"Dira bingung kalo gini, mau donlot ga boleh. yang udah didonlot juga ga ada. Terus dira harus nonton apa?" Katanya lebih ngomel ke diri sendiri, karena yang diomelin hpnya..
Dan diriku cuma cekakak cekikik denger dira ngomel-ngomel.
Sory nak, bukan ga boleh.. Tapi ga punya pulsa
Peluk sayang deh Nadiranya...
"aaah, maen game aja deh.. katanya kemudian" Dan lupalah Nadira dengan kebingungan yang melandanya beberapa menit lalu..
hhhh... Nadira.. Nadira..

Pusing...


kepalaku kayak mau pecah. Cenat-cenut ga karuan, mata panas, idung meler, badan linu semua. Gejala Flu kah? Ga tau deh.. yang jelas semalem juga aku kurang tidur si. Pertama, karena Dira masih demam. Kedua, karena aku penasaran ama novel The Road.
Kemaren itu, pulang kerja disambut Dira yang cuma pake kaos singlet aja. Badannya panas banget dan batuknya menghawatirkan sekali. Yang paling bikin lebih sedih lagi, Nadira semalem marah sama aku. Ga tau kenapa, dia ga mau aku sentuh *mewek di pojokan. Pas aku tanya, "Dira kenapa? marah sama mama?" dia cuma jawab dengan singkat -sambil malingin muka- "hhhh.. Dira Marah!" Katanya.
Jadi, semalem itu aku ga bisa makan, ga tega liat matanya Dira yang celong dan berair. Keliatan banget lagi sakitnya. Badannya juga lemes, senderan ke bantal sambil dielus-elus sama akungnya. Yang dicari malah akungnya, bukan aku. Pengen nangis kejer deh rasanya.
"Maafin mama nak, udah bikin Dira marah" Aku terus aja elusin kakinya. Tapi dia tetep aja ga mau noleh. Aduh naak.. mamamu ini salah apa lagi?
Dan, bobo manislah Dira. Aku ikutan ngelungker di ujung kakinya. Ngerasain panas yang menguar dari badannya.
Jam setengah 12 malem Dira ngompol. Aku gantiin celananya, aku pakein pampers ga mau. Akhirnya, Dira pindah ke kasur yang masih kering. Meninggalkan jejak ompolnya yang ditutupin kain.
"Dira minum obat ya?" aku bujuk dia biar mau minum obat demam puyer dari Dr. Fauzin. Tapi Dira cuma geleng-geleng aja.
"Minum obat sirup mau?" Tanyaku sambil nunjuk Proris.
Akhirnya dia manggut-manggut, restu buat minumin dia obat. Duuh.. keningnya panas banget, badannya juga. Tapi aku kompres ga mau...
"Dira mau mainan rambut" Katanya sambil ngantuk-ngantuk. Akupun tiduran di sebelahnya, biarin dia ngelusin rambutku sampe dia bobo pules lagi.
Akhirnya, ga sampe lama, Dira bobo juga. Aku ngawasin di sebelahnya. Aku lanjutin baca novel, sambil bolak balik pipis. Terus setiap beberapa menit ngecek keningnya, anget ato ngga, turun ato ngga demamnya.
Alhamdulillah, jam 3 aku cek badannya udah adem. Terus aku ikutan bobo deh di sebelahnya.
Jam 5 kurang dikit Dira bangunin aku. "Kebelet pipis maaa" katanya..
Aku buru-buru bawa Dira ke kamar mandi. Dira udah ga lemes lagi, walopun badannya masih aga anget. Balik kamar, aku ajak cek suhunya pake termometer, dia nolak. "G mau maaah.."
Aku nurut aja.
"Mama mandi dulu ya nak, kan mau kerja" aku elusin kepalanya yang masih aja anget
"Mama jangan kerja! mama di sini aja temenin Dira.." Dipeluknya aku kenceng-kenceng. Ga mau lepasin.
"Biar boleh kerja, mama harus apa dulu ni sama Dira?" Negosiasi, kali aja berhasil.
"Main balok dulu, bacain Dira buku, main masak-masakan, mewarnai, baru deh mama boleh kerja" katanya dengan muka berbinar-binar.
Aku ambil buku cerita kesukaannya. Biarin Dira milih judul mana yang mau aku bacain.
"Mau yang ini mah" Dira nunjuk cerita Melukis cinta..
Dengan semangat aku bacain ceritanya. Disela sama pertanyaan Dira tentang bukunya, tentang gambar2nya, tentang apa aja yang melintas di kepalanya.
Udah 3 judul buku aku bacain. Dah jam setengah 6. Belom ada tanda-tanda aku dibolehin mandi. Dira malah minta makan, laper katanya.
Aku suapin aja Dira, terus minumin obat. Abis itu aku tinggal mandi. Dan Dira nangis-nangis di luar pintu. Feeling guilty.. tapi mau gimana lagi?
Jam 7 aku berhasil bujuk Dira buat ngijinin mamanya yang imut ini berangkat kerja. Dengan Dadah-dadah ga rela dan cemberut menghiasi bibirnya, Dira mengantar mamanya ini naik angkot. Dan diriku pun melaju.. sambil deg2an.. Tlb 2 gak???
Daan.. sejam kurang lima belas menit kemudian.. aku udah nyampe di depan mesin absen. Setor jari tepat pukul 08:00:43. Masih Tlb 1 kan???


am i?


Aku sering merasa gagal menjadi ibu
Dimulai dari awal kehadirannya
Bahkan mungkin jauh sebelum itu
Saat-saat yang selalu menjadi sesal

Banyak hal yang membuatku
Menstempel keningku dengan tulisan
"bukan ibu yang baik"

Setiap mengingat proses kelahirannya
Bahkan sebelum itu
Saat gagal menemaninya di hari pertama lahir ke dunia
Saat gagal menginisiasi menyusui dini
Saat susu buatan pabrik mengawali kehidupannya
Saat-saat aku tak tahu harus bagaimana dengan tangisnya
Saat aku meninggalkannya untuk bekerja
Saat ia merasa kesakitan
Saat demam mencuri keceriaannya
Dan setiap kali tak bisa sabar menghadapi keinginan-keinginannya

Aku merasa gagal
Tak bisa jadi ibu yang sempurna

But dear...
Percayalah
Cinta mama tak ada dua
Untuk kamu

OOh.. Dear


Kamis kemaren aku sampe Psw karena Dira demam lagi. Si hidung kecil ini bikin mamanya khawatir. Langsung aja aku telpon taxi, mo ngajak Dira ke RS Mitra Keluarga. Tapi kayaknya, aku beneran diuji hari ini. Taxi yang biasanya dateng 15 menit setelah ditelpon, ampe setengah jam lebih ga dateng juga. Ampe 3 kali aku telponin. Udah jam setengah enem magrib, dan Jadwal dokternya cuma sampe jam6. Gimana ga ketar ketir?

Diperiksalah Dira dengan seksama sama dokter Marta. Ini dokter yang dulu nyuruh dira cek lab, dan akhirnya Dira opname karena typus. Lebih detil si dia meriksanya. Dan tu dokter kaget pas liat merah-merah di tangan dan kakinya Dira."Wadduh, ini kok badannya dicoreti semua?" katanya dengan logat Jawa yang medok.

Berhubung demamnya tinggi sekali, Dira dikasi obat penurun panas untuk dimasukkin lewat dubur. Untungnya Dira ga kesakitan, dan anteng2 aja. Tapi buat di rumah, Dira dikasih Ibuprofen syrup buat penurun demamnya. Soalnya paracetamol udah ga mempan. Beberapa obat yg diracik jadi puyer, dan antibiotik.

Jadwal minum obat demamnya 4 kali sehari. Jam 9 malam, jam 3 pagi, jam 9 pagi, dan jam 3 sore. Sampe pasang alarm demi jadwal minum obat supaya ga kelewat. Pesan dokter yang bikin parno adalah "Kalo Sabtu demamnya belom turun, segera bawa ke sini lagi buat cek lab!".

Kalo lagi sakit gini, Dira jadi lebih manja. Pagi-pagi, aku ga boleh kerja "Mama di rumah aja. Libur. Jagain Dira, kan lagi sakit". Duuh nak...

Alhamdulillah.. Sabtunya Dira udah ceria lagi. Demamnya udah turun. Seharian dia lompat-lompat, lari-lari, main-main. Sembuh, InsyaAllah.

Dira itu, tiap hari pasti bikin takjub. Pas lagi mandi pagi, waktu dia berendem air anget. Tak lupa dengan mantra "gayung kecil, corong gelas" Dira asyik main air. Tiba-tiba dia nanya
"Ma, Kok Dira ga bisa lompat-lompat di air kayak lumba-lumba si?" dengan mata penasaran, menyelidik, dan bingung.
Aku cuma cengar cengir pengen ketawa. Aku bilang "Dira kan bisa lompat-lompat di kasur, lumba-lumba ga bisa".
Dira ga puas sama jawaban aku "Tapi dira maunya lompat di air. kenapa ga bisa?" Tanyanya dengan nada lebih sengit dari sebelumnya.
"Dira belajar berenang aja. Kalo berenang, dira pasti bisa"
"hhmmmm..." dira mengerang khas. Kalo dapet jawaban yang gak dia suka. Mungkin berasa diingetin kalo selama ini dia paling takut belajar renang. "Takut tenggelaaam..." itu alasannya.

Sembuh ya nak!
Mama sayang Dira

Tanya


Ada banyak tanya berputar di kepalaku
Adakah ia di kepalamu?
Ah, tanya lagi!

Dengarkan Curhatku...

Ahahaha..
berawal dari keisenganku ngirim foto coretan ga jelas ke grup wassapnya PKB, pas IHT Rabu kemaren. sesuai kebiasaanku yang sulit diilangin, corat coretlah aku di agenda. Dodolnya, bukannya nulis materi, aku malah asyik curhat sendiri.. pas diliat2, lucu juga nih kalo kufoto. Dan setelah beberapa kali ceklak ceklik -tak lupa sebelumnya matiin suara camera shooter sama blitz- padahal Pak Kabid hanya berjarak satu orang di sebelahku, sukseslah diriku dapet gambar iniiihh..



  

Ga ada yang aneh kaaan.. iya kaaan.. biasa aja kaaaan...
yang udah kenal diriku duluan pasti tau.. di agendaku itu pasti banyak coretan. curhatan lah, puisi lah, catatan utang lah -oopss-. Yang jelas tanganku gateeeel kalo ga nulis-nulis. Gara-gara itu kali ya dapet karma sering ditunjuk jadi notulis.. *pose cantik

Itu gambar, aku post di grup wassap PKB. Kepancing sama mas Faisal di sebelahku yang ngirim foto daftar IHT yang udah dilaksanain. Dan kalimat yang menyertai foto ini pas dikirimkan adalaah.. "ini notulanya..".

Entah karena kalimat pengiringnya yang begitu serius karena berbau-bau notula, entah karena tulisannya yang miring-miring. Dicuekkinlah itu foto. -kecuali sama ficha yang langsung mem#pukpuk diriku dengan manisnya-. Sampe pas malem.. diawali mas Chris yang komen.. eeh.. temen2 laen pada ikutan baca..

Di tengah-tengah koman komen tentang notula itulah aku selipkan kampanya "Poin penting dari tulisan saya adalah Coki-coki saya udah abis. ada yang mau beliin?" :P. Pas diriku ngetik itu.. serius, diriku becandaaa se becanda becandanya. Tapi siapa sangka.. besokannya mampirlah coki coki ke mejaku dari mas Fanani -oooii.. ternyata mas Fanani cuma setaun lebih duluan dari aku masuk DJPnyaa.. kirain angkatan lamaaa. :D- tengkyuuu soo much. beneran deeh, itu coki coki jadi mood booster. Bikin aku senyam senyum n pengen nyanyi-nyanyi seharian. Walopun kemaren itu aku puasa jadi ga bisa langsung menikmati itu coklat pasta yang menggoda iman -bukan mas Iman-.

Dan dan dan.. ga sampe situ aja.. Tadi juga ada yang bawain coklat lagi ke mejaku. Biarpun bukan si coki. "ga ada coki-cokinya nur" diriku cengo.. ini sih more than just choki-choki.. ohohoho...Tengkyuuu mas Mahenk..



Kayaknya, diriku bakalan lebih sering curhat ni di grup PKB :D.

Btw.. makasi buat mas-mas n mbak-mbak PK. Padahal yang paling pusing ya mereka dengan segala permohonan dari WP yang ga ada habisnya. Aku si cuma ngetik-ngetik aja ga pake mikir.. hihihi..
Tapi tapi mereka pada baaaiiik semua. Tau aja kalo pelaksananya haus perhatian *oops..

Jadi betah deh di PKB... :D