Belajar dari Nadira


"Kenapa mama ga maafin Dira?"Dira nunduk sambil mainin buku yang ujungnya sedikit robek. Aku gak marah sebetulnya, tapi memang masih cemberut. Akhirnya aku peluk Nadira, dan bilang kalo mama ga marah sayang, tapi lain kali hati-hati kalo buka halaman buku. Nadira ngangguk. sip.

Pernah juga suatu pagi, di perjalanan dari rumah menuju jalan raya, Dira bilang "Kenapa semalem mama marah?" Ah, iya... semalem aku negur Dira yang manjat-manjat lemari. Aku ngingetin kalo itu bahaya. Tapi, mungkin nada bicaraku terlalu tinggi.

Dan, yang paling nyentil itu, waktu terjadi dialog tentang Tuhan sama dia.
"Kapan kita bisa ketemu Allah ma?" Tanyanya suatu malam. Kami duduk berhadapan, dan mataya betul-betul penasaran.
"Suatu saat, tetapi Nadira harus berbuat baik. Dan taat sama perintah Allah. Baru bisa ketemu Allah" Aku mencari-cari jawaban yang tepat. Dan jawaban itu yang terlintas di benakku.
"Mama kemarin gak berbuat baik si, jadi kita ga bisa ketemu Allah" Wajahnya terlihat sedih, wajahku pasti terlihat kaget. tidak berbuat baik?
"Kemaren kan mama marahin Dira, mama ga berbuat baik" Lanjutnya, seolah mengerti kalau mamanya kebingungan.
Oh.. iya, kemaren malamnya aku juga habis menegur Nadira.

Karena seringnya Nadira mengingatkan. Aku jadi belajar untuk lebih sabar. Dan mencoba untuk bicara dengan nada yang lebih bersahabat, dan menahan marah juga.

Maafin mama ya nak. Kalo sering marah-marah.