Mencari suasana baru.
aku berhijrah
memilih memulai pagi diantar pak masinis
Entah karena bosan, atau karena sekarang dituntut untuk jauh lebih hemat dari biasanya
atau karena keduanya
yang jelas pagi tadi aku melangkahkan kakiku menuju stasiun
Pengalaman baru
menikmati pagi di tengah hiruk pikuk manusia yang berjejalan di seisi gerbong
sebagian duduk manis, sebagian jongkok di tepi, dan sebagian berdiri berjejalan
Stasiun selalu menjamuku dengan suasana khasnya
bahkan suara ting tong ting tong beriramanya terdengar syahdu di telingaku
Stasiun,
besok pagi semoga kita bersua lagi
stasiun
Outbond Pertama Dira
Ah, setelah seminggu ini Dira rameee terus di rumah "Dira mau abon -belakangan baru tau kalo maksudnya outbond- sama temen sekolah". Akhirnya, kemaren acara outbondnya berlangsung lantjar djaja.. Alhamdulillah.
Jam setengah 5 pagi Dira udah bangun, -agak dipaksa- sarapan, dan mandi dengan kurang semangat. Tapi dia antusiaaaas banget pas udah siap. Ga mau nunggu papanya yang masih sarapan. Bawaannya mau buru-buru berangkat. "Nanti ketinggalan bis Pa" itu sebenarnya alasan yang aku pake waktu ngajak dia mandi subuh-subuh, sekarang dipakenya buat bikin papanya sarapan setengah buru-buru -aku bahkan sarapan sambil jalan-jalan, ga boleh ditiru-.
Dan, jam 6 pagi aku, papanya Dira, sama Dira udah nongkrong di sekitaran Bale Desa. Belom banyak yang dateng, hampir sejam kemudian kami baru berangkat. Jadi, ancaman "nanti ketinggalan bis" masih jauh dari bayang-bayang. Dira duduk di Bis 02 sama Fefe. Aku dan papanya di Bis 4. Sekolahnya sengaja memisahkan kami, supaya anak-anak mandiri. "tapi nanti di tempat abon kita ketemu ma" kata Dira menjelaskan, menirukan ucapan Bunda Ulya, Kepala Sekolahnya.
Yak, perjalanan ke Kenjeran Alhamdulillah tanpa rintangan. Turun dari bis langsung menuju Dira yang menggapai-gapai bahu temannya yang lebih tinggi. Semua anak berjalan saling memegang bahu teman di depannya, supaya tidak terpisah dari rombongan. Tempatnya lumayan bagus, tapi kok banyak bangunan tidak terpakai yang dibiarkan kosong, rusak di mana-mana.
Banyak banget kegiatan buat anak-anaknya. dari jam 8 pagi sampe jam setengah 12 full diisi permainan seru. Diawali dengan Chicken dance, dan diakhiri dengan Flying Fox. Dira hebat, sepanjang permainan tidak mengeluh capek sama sekali. Cuma agak cemberut aja si karena ga ada istirahatnya sama sekali.
Agak takjub juga si, pas liat sendiri Dira dengan berani berjalan di atas jembatan yang cuma seutas tambang, manjat jaring laba-laba, panjat tebing, dan flying fox.Tapi, giliran diajak berenang malah nangis "Dira takut tenggelaaam" alasannya dramatis sekali. heheheheh
Ya, jam 1 kami kembali ke bis untuk pulang. Kali ini kami duduk di bis yang sama. Dira duduk di dekat jendela "Dira sudah besar ma!" bersikeras untuk duduk sendiri, tak mau dipangku. Bernyanyi denfan kerasnya lagu "si jago mogok" dilanjut dengan lagu pinokio. Dua lagu kesayangan Dira. Mulanya, dira menyanyi dengan penuh semangat, lama-lama maikn pelan. Lalu tertidur di tengah lagu pinokio. Hebat, lagi nyanyi aja bisa tidur.
Akhirnya, setelah yakin dira tidur pulas, aku gendong dira ke pangkuanku dan kamipun melewatkan perjalanan dengan tidur pulas. Capek.
Menyoal Tentang Tisu
Emmmm... gimana ya tentang tisu ini?
aku copas di sini aja ya. dapet nyomot dari sini. Kayaknya, penggunaan tisu ini harus ditinjau ulang deh. Kalu emang ga perlu-perlu banget, mending ga usah pake. Mulai pake sapu tangan sama handuk kecil aja. Lebih praktis, lebih irit, dan lebih ramah lingkungan.
1.Bahan dasar Tissue.
Tissue berbahan dasar 100% kayu.
Menurut
Koesnadi dari Sekjend Sarekat Hijau Indonesia ( SHI ) tentang Hitungan
sederhana bagaimana penyusutan Hutan Alam Indonesia akibat dari
penggunaan tissue oleh masyarakat.
“Jika jumlah penduduk Indonesia
200 juta orang dan setiap satu harinya 1 orang menggunakan ½ gulung
kertas tisu Artinya penggunaan kertas tisu bisa mencapai 100 juta gulung
tisu per hari, berarti per bulan nya pemakaian tisu di indonesia
mencapai 3 milyar gulung. Bila berat kertas tissu itu 1 gulung mencapai ¼
kg, maka 3 milyar dihasilkan angka kira-kira 750.000.000 kg setara
dengan 750.000 Ton, Bila untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 5 m3
kayu bulat, dengan asumsi kayu bulat 120 m3 per hektar (diameter 10 up)
maka sudah bisa ditebak penggunaan hutan untuk urus kebersihan mencapai
ratusan ribu hektar setiap bulannya". (Sumber: dari sini)
Hal
itu menunjukkan bahwa jutaan ton kayu tropis siap ditebang untuk
menghasilkan tissue. Perlu diketahui bahwa untuk dapat ditebang dan
diolah kembali, sebatang pohon kayu tropis membutuhkan waktu sekitar 6-8
tahun lamanya.
Bila keberadaan hutan menyusut maka akan
mengakibatkan erosi tanah juga menurunnya kemampuan hutan untuk menyerap
CO2. Konsentrasi CO2 yang tinggi di atmosfir lah yang menyebabkan suhu
bumi meningkat atau sering disebut Global Warming. Suhu bumi yang
melampaui batas bisa mengakibatkan perubahan alam, mencairnya es di
kutub (naiknya permukaan air laut) hingga hujan asam.
2.Proses Pembuatan Tissue
Untuk
memproduksi 1 Kg Tissue diperlukan 30 liter air dan 4 kwh listrik. Bila
setiap orang diasumsikan memakai tissue rata-rata 50 gr per hari dan
hanya seperempat penduduk Indonesia yang menggunakan tissue, maka tiap
tahun diperlukan sekitar 21 ribu ton tissue, dimana untuk memproduksinya
butuh 630juta liter air dan 84juta Kwh listrik. Penggunaan 84 juta kwh
listrik itu sama sperti membuang gas CO2 sebesar 42ribu ton. (sumber:
dari sini)
Belum pagi
dampak dari proses untuk mendapatkan warna putih pada tissue. Dalam
proses pemutihan terhadap pulp yang berwarna hitam menggunakan gas Chlor
(CL). Bahan baku gas Cl adalah toksik, dimana toksik ini limbahnya
masih mengandung racun.
Well, sebenarnya bukan Tissuenya yang
membawa pengaruh, tapi lebih tepat ‘penggunaan Tissue’ yang
berlebihanlah yang memberikan dampak buruk bagi Bumi kita ini. Bila
memungkinkan tidak ada salahnya kita kembali menggunakan saputangan,
atau paling tidak bijaksanalah (baca:hemat) dalam menggunakan tissue.
Kita
mungkin tidak dapat melakukan hal yang besar, oleh karena itu
lakukanlah hal kecil yang kita mampu untuk menjaga hutan yang merupakan
nyawa dari bumi kita.
dapet lagi yang agak detil Contekan dari http://www.madehow.com/Volume-6/Toilet-Paper.html
- Batang pohon yang habis ditebang dan baru sampai di pabrik akan dikuliti dan ditelanjangi hingga hanya kayunya saja yang terlihat.
- Kayu terus dicacah sampai kecil, sekitar berukuran 1 x 1/4 inci. Lebih kecil lebih bagus buat dijadi bubur kertas.
- Cacahan kayu itu (sekitar 50 ton) dicampur dengan bahan kimia (sekitar 1000 gallon) dimasukan dalam tangki pemasakan yang disebut Digester.
- Teruuuuus dimasak (sekitar 3 jam-an lah). Selama pemasakan air yang terkandung dalam kayu akan menguap dan menyisakan 25 tons serat selulosa, lignin dan senyawa lain (bayangin, dari 50 ton kayu hanya tersisa setengahnya aja). Dan dari 25 ton ini akan menghasilan 15 ton bubur serat kayu yang disebut Pulp.
- Pulp ini akan melewati beberapa mesin cuci (washer mechine) untuk menghilangkan lignin dan senyawa kimia. Eh lignin pada tau kan? penjelasan tentang lignin, entar aja deh :D. nanti akan keluar cairan hasil pencucian yang berwarna hitam (black liquor). Pulp akan keluar dari pintu sana sedangkan Black Liquor akan dikeluar dari pintu sini. Pokoknya dipisahkan lah.
- Pulp yang sudah bersih dicampur dengan air menghasilkan adonan yang disebut paper stock yang terdiri dari 99,5% air dan 0,5% serat. Banyakan airnya ternyata ya. Paper stock ini disemprotkan ke ayakan yang akan mengeringkan air dan menghasilkan lembaran 5,5 m x 1981 m gelondongan bahan tissue per menit.
- Lembaran ini dipindahkan ke pengering yang disebut Yankee Drier. Dipanaskan dan dipress sehingga kandungan air dalam lembaran calon kertas ini hanya 5%.
- Kemudian kertas dibejek2 dikit (creped) tujuannya untuk melembutkan dan menghasilkan perawakan yang rada lecek. Sambil dibejek, kertas ini dikerok dengan pisau. Tujuannya adalah supaya kertas menjadi fleksibel tapi menurunkan kekuatan kertas sehingga pas dibasahin, kertas akan mudah hancur.
- Kertas tissue sudah jadi tapi masih berupa lembaran yang
panjaaaaaaaaaaang. Lembaran kertas tissue ini akan dimasukan ke mesin
pemotong. Viola… jadilah kertas tissue yang dipake buat nyedot cairan
dari hidung saya karena kebanyakan nangis
ya ampun.. nanem pohon enggak, ikut nebangin iya. Secara ga langsung, dengan kita pake tisu terus-terusan berarti kita nebangin pohon-pohonan. Padahal, hutan udah semakin sedikit aja luasnya. Jadi, sekali lagi aku mu ngingetin -diri sendiri dulu-. Udahan ah hambur-hamburin tisunya. Pake seperlunya aja. Kalo bisa, ga usah pake tisu aja, ganti saputangan or handuk kecil.
Dira Gigit nih!
"Ma, Dira udah ga mimi lagi ya?" Pertanyaan gadis kecilku seharunya hanya pernyataan saja. Tapi mata kecilnya menghujam netraku, meminta penegasan.
"Iya sayang, Dira kan sudah besar" Aku mengelus lembut rambunya, matanya masih di sana tertancap ke mataku. Matanya menyimpan sedikit kecewa, Dira masih berharap jawaban lain yang keluar dari mulutku.
Dira menangis sesenggukan, sambil berguling ke sana kemari. Tahu betul ia, mamanya ini paling tidak tahan melihatnya menangis. Aku tahu betul ini caranya merajuk, supaya aku memuluskan inginnya. Tapi, aku sudah memantapkan hati. Anakku sudah besar, sudah waktunya disapih.
Akhirnya, aku membujuknya dengan buku. Dia terlentang di sampingku, lengan kananku menyangga kepala mungilnya. Buku tentang petualangan ke negeri Oz yang dia pilih malam itu. Tapi, setelah cerita sampai akhir saat Dorothy kembali ke pelukan Paman Henry. Dira belum juga tertidur.
"Maa.. " Dihadapkannya badannya ke arahku. Tangan mungilnya menunjuk-nunjuk dadaku. Tempat air susu mengalir setiap malamnya, mengantar ia tidur.
"Dira sudah besar nak, udah waktunya berhenti mimi!" Sekarang waktunya untukku melawan mata penuh harapnya. Mengabaikan mata iba yang penuh kantuk, tapi enggan beranjak tidur. Dira masih berusaha merayuku, agar ia bisa kembali menyusu.
Reaksi Dira membuatku terkejut sekaligus geli. dengan tiba-tiba ia berguling lalu menindih badanku. Ini bukan hal asing bagiku. Selama ini memang Dira suka bermain-main di perut atau punggungku. Tapi apa yang dilakukan Dira berikutnya membuatku sedikit kaget.
"Dira gigit nih miminya!" Serunya galak. Dira menggigit Dadaku. Aku tertawa geli melihat wajah kantuknya yang dihinggapi sedikit rasa kesal karena tak bisa mendapat keinginannya.
Aku yang sekarang membujuknya, menariknya ke pelukanku. Rasa kantuk dan lelah akhirnya mengalahkan kegigihannya. Ia bergelung erat, menempel di tubuhku. Kami tertidur lelap, hingga adzan subuh membangunkanku.
*I love you dear...
berat badanku...
kapan terakhir gendut? ya pas hamil kemaren. Setelah melahirkan, masih gendut juga. Setahun kemudian baru bisa kembali punya berat badan normal. Lalu sekarang? sepertinya masa hura-hura itu usai. Hura-hura gimana? yaitu, makan semaunya.. sebanyak-banyaknya, tapi dengan BB segitu-gitu aja. sekarang, makan dikit kok bawaannya kok langsung aja geser neraca timbangan.
Perasaan ya, makan dua porsi sekali itu udah lewat masanya. Eh tapi kok berat badan naik pelan-pelan kok baru sekarang? Apakah ini dampak dari berhentinya masa menyusui? hmmm... bisa jadi sih. Tapi masa iya aku dengan egoisnya tetep maksain mimiin Dira demi alasan "supaya mama tetap langsing nak". Ah, gak mau aah..
Jadi, jadi jadi... mesti gimana atuh?
Ya, pola makannya ditata ulang deh.. jangan segala apa yang ada di depan mata langsung diembat ajah.
Jangan lupa banyakin makan sayur -oh, udah lama ga makan tu dedaunan-. Sama buah juga ga boleh ketinggalan.. Baiklah...
Sebulan yang lalu, nimbang berat badan di deket mesin absen. Masih baik-baik saja, tepat di angka 45. Tapi, beberapa hari yang lalu kok udah geser beberapa garis ya? Duh gusti.. aku ga mau gendut.. :D