Akhirnya Mutasi


Alhamdulillah, akhirnya masa penantian SKnya usai sudah. Harap-harap cemas beberapa bulan terakhir dijawab dengan sebuah nama kota yang masih di Jawa Timur. Jombang.

Bismillah... tugas baru, amanah baru, tantangan baru.

Waktu Anton tanya, gimana perasaanku setelah tau harus pindah ke Jombang, aku bilang biasa aja. Padahal waktu baca SK, tanganku sampe gemeteran saat namaku muncul setelah aku mengetikkan n-u-r-i-p-e-r-i di kolom search file PDF itu. Shock sih nggak, tapi memang di luar dugaan.

Kebetulan, aku lagi baca buku Filosofi Teras. Di salah satu babnya, penulis, Henry Manampiring menjelaskan tentang "Premedatio Malorum". Katanya sih, ini semacam imunisasi mental. Caranya adalah kita menyuntikkan ke kepala kita fikiran-fikran atau kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Namun, sekaligus memikirkan solusi terbaik seandainya hal tersebut benar-benar terjadi. 

Bukan untuk menakut-nakuti pribadi. Namun justru menyiapkan mental. Jika benar-benar terjadi, maka tidak akan terlalu kaget. Namun, jika yang terjadi malah lebih baik dari yang kita bayangkan, tentu kita serasa mendapat bonus.

Aku meyakini, mutasi ini adalah suratan takdir. Jauh sebelum pembuat SK mengetikkan nama kita bersanding dengan kota yang kita tuju, Allah sudah menuliskan di Lauh Mahfuz ke mana saja kaki kita akan melangkah di bumiNya ini.

Semua hal terkait mutasi ini di luar kendaliku. Lantas mengapa aku harus terfokus pada sesuatu yang tak bisa aku kendalikan? 

Semenjak berhembus isu-isu mutasi. Aku mulai membayangkan beberapa alternatif tempat yang mungkin aku singgahi. Sekaligus memikirkan konsekuensi dari segala kepindahaknku ke kota tersebut. Dengan begitu, aku menyusun beberapa skenario, bagaimana untuk bisa bertahan.

Waktu itu aku memikirkan Kalimantan, Banten, dan Jawa Barat. Kalo ke Jabar sih setengah ngarep. Karena tentunya akan membawaku lebih dekat ke tanah kelahiran kan. Tapi, ketika kota (kabupaten sih) Jombang muncul menyertai namaku di SK itu, aku cukup lega. 

Siang ini, aku udah cukup bisa menata kata-kata. Menata emosi. Semalam rasanya masih kusut. Begitu banyak emosi hadir karena SK ini. Pun pertanyaan-pertanyaan yang hadir setelahnya. Kepalaku menyusun beberapa skenario tentang bagaimana aku harus menjalani hari-hari sebagai Nuri di tempat yang baru, dengan tugas yang baru.

Aku berusaha untuk terus meneguhkan hati. menanamkan dalam kepalaku hanya prasangka baik. Karena sunguh, seperti yang sudah aku bilang di awal. Semua hal tentang mutasi ini ada di luar kendaliku. Tapi fikiranku, ekspektasiku, ada di bawah kendaliku. Jadi, aku upayakan hanya hal-hal positif dan prasangka baik yang aku fikirkan. 

Jangan sampai aku suudzhan pada ketetapan Allah. Cukup berusaha, jalani semua dengan upaya terbaik.

-Menyepi di pojokan kantor, sehari setelah SK mutasi-

10 komentar:

Unknown mengatakan...

Semangat teteh... semoga semakin amanah dan jadi berkah. Aamiin.
Will be missing you so much 😭😭😭

Anonim mengatakan...

Semngat y...��

cajun mengatakan...

Mantap... Terus semangat, semoga segera ke jawa barat...

PA collection mengatakan...

Semangat mba nurii…semoga diberikan keberkahan dan kemudahan dalam bertugas…

Ficha mengatakan...

Semoga sudah menemukan solusi terbaik. Kalo belum semoga segera. Semangat mbakku. ❤

Rie mengatakan...

Lia kah inii?bakalan kangen banget lii...

Rie mengatakan...

Siapp.. semangat

Rie mengatakan...

Aamiin.. yaa robbal 'aalamiin

Rie mengatakan...

Aaamiin.. tengkyu ya Chaaa

Rie mengatakan...

Aaamiin. Makasi mas catur