Jangan Tunggu sampai 3000 karakter



Seminggu yang lalu saya mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh Direktorat P2 Humas. Dalam workshop tersebut, ada salah satu kutipan yang menarik perhatian saya “.. supaya kita dapat memberikan berita positif sebanyak-banyaknya sebelum kita diberitakan..”. hal tersebut diungkapkan oleh Wiyoso Hadi, pemateri dalam Workhsop tersebut.
Sekilas tujuan workshop ini terdengar biasa saja, melatih para pegawai Direkorat Jenderal Pajak (DJP) untuk bisa menulis berita, artikel, dan mengunggahnya ke website resmi DJP. Apa sih pentingnya berita? Bukankah dengan bekerja sesuai SOP, bertanggungjawab, berintegritas, itu saja sudah cukup untuk memajukan DJP?
Berita negatif yang beredar di masyarakat tentang DJP, ternyata mempengaruhi sebagian besar masyarakat. Menimbulkan citra buruk bagi institusi kita. Apabila hal tersebut dibiarkan saja dengan tidak mengimbanginya dengan berita positif tentang intitusi kita, dikhawatirkan akan berpengaruh pula pada penerimaan pajak kita karena hal tersebut bisa mengurangi kesadaran para Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. 
Dalam Workshop ini kami diberikan pengetahuan tentang penulisan berita, artikel, hingga pengambilan foto yang bersifat membawa berita. Kami, para peserta diharapkan dapat membawa pengetahuan ini ke unit kerja kami, lalu menularkannya kepada sebanyak mungkin teman dan rekan bahkan atasan supaya semakin banyak pegawai DJP yang mampu menulis berita.
Bagi sebagian orang yang memang menyenangi dunia penulisan. Tentunya hal ini menjadi angin segar. Materi yang disampaikanpun dilahap dengan cepat, dan dipraktekkan dengan tepat. Tapi mungkin bagi sebagian orang yang memanfaatkan media hanya untuk having fun dengan akif di facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya, menulis berita, artikel, mungkin dianggap sebagai hal-hal yang berat.
Bagi saya, kontribusi menyampaikan berita yang berimbang, membagi informasi positif tentang DJP, tidak harus selalu dengan menulis berita aktual, tajam, dan terpercaya. Karena sekali lagi saya sampaikan, bakat menulis baik dan benar itu tidak dimiliki semua orang. Bahkan untuk menulis artikel singkat, rasanya menjadi sangat berat.
Bagi kami, yang tidak dianugerahi bakat ini, mungkin kita bisa mencoba dengan status-status singkat di facebook, memberikan informasi kepada teman, dan kerabat tentang tempat kerja kita yang tidak seburuk berita yang beredar di luar. Kalo ada pegawai pajak yang ditangkap karena korupsi, bukan berarti kita semua koruptor. Itu hanya oknum. Bahkan dengan status singkat di akhir bulan Maret “ayo teman-teman, kita lapor SPT” itu juga bisa memberi nilai lebih.
Seperti waktu itu, suami saya yang juga pegawai DJP membuat status singkat “kalo ga bayar pajak trus APBN dapet darimana?” ternyata, dari status sependek itu, beragam komentar bermunculan. Salah satu yang paling saya ingat “ya abis bayar pajak yang makan kroco-kroconya gayus kali gan” itu sepenggal komentar yang saya baca di akun facebook suami saya. Tapi mungkin itu mewakili pemikiran masyarakat umum tentang DJP.
Ada banyak komentar positif yang masuk memang, tapi komentar negatif seperinya lebih sering muncul. Walaupun komentar tersebut disampaikan dengan nada bercanda, mengingat status pertemanan kami dengan yang memberi komentar. Namun tetap saja komentar miring seperti itu menunggu untuk diluruskan.
Saya menanggapi komentar tersebut dengan kalimat “bagi orang yang benar-benar faham pajak. Dan pernah membayar pajak sesuai aturan, tentu tahu dari mana asal uang gayus. Yang dikorupsi oleh gayus bukanlah pajak rakyat yang sudah disetor ke kas Negara. Tetapi hasil kongkalingkong antara wajib pajak yang tidak mau membayar pajak seuai aturan dengan oknum pegawai pajak”
Komentar kurang sedap itu datang dari kawan kami yang terpelajar, dan berpendidikan, tetapi mungkin memang belum mengenal pajak lebih dalam. Anggapan-anggapan seperti itu kemungkinan besar menjadi pemikiran umum di masyarakat. Bahwa gayus membawa lari uang pajak yang mereka setor. Padahal sebenarnya tidak.
Karena itulah, saya ingin mengajak pembaca agar kita bisa berperan lebih bagi DJP dengan senantiasa membawa berita-berita positif tentang institusi kita tercinta ini. Tidak harus menunggu menulis sepanjang 3000 karakter, dengan status-status singkat kita di facebook atau kicauan kita di tweeter, sedikit banyak pasti bisa membawa dampak lebih baik bagi institusi kita.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
 *) Tulisan ini jadi tulisan paling serius yang diriku buat.. hehehe

0 komentar: