Berpuisi lagi


Pertana kalinya, aku nulis puisi dan aku bacakan di depan orang ramai. Biasanya aku cuma nulis aja, orang lain yang bacain. Atau aku bacain aja, orang lain yang nulisin.

Minggu lalu aku dapet tantangan baru. Diminta nulis dan bawain sekalian puisinya. Seru sih. Walo masih banyak kekurangan di sana sini.

Awalnya cuma sedikit aja, kemudian menjelang hari H ditambahin 2 bait lagi di awal. Karena mempertimbangkan saran dan masukan dari kanan kiri.

Aku msh merasa puisi ini belom bernyawa.. Entah di sebelah mananya.. Tapi udah ga ada waktu lagi buat ngedit-ngedit. Kebetulan kemaren di kantor juga kerjaan lagi sibuk2nya. Jadi, udah ga ada waktu lagi buat kontemplasi.. Buat menambal apa yang masih belum pas di hati.

Jadi, ini hasil akhirnya.


Kita berbagi ruang di rumah kedua
Bersisian, beririsan, beriringan
Memungut senyum dan sapa, dari setiap perjumpaan
Menjadikannya hiasan penyejuk mata

Meski Kebersamaan kita tak selalu pelangi
Silap, hilap, silang pendapat ikut mewarnai
Namu selalu Kita rekatkan maaf sepenuh hati
Hingga tiada sisakan benci

Lalu
Ketika di antara kita ada yang harus pergi
Aku tak mau kali terahir kita bertatap, lindap menjadi ratap
Rasanya tak ingin kutuntaskan temu, tak siap merindu
Namun kata berpisah tak mau tahu, 
Merayap di antara hadirku dan hadirmu
Menggantung di depan mata
Menumpahkan bulir bulir tangis yang tak mampu lagi kubendung

Apalah dayaku untuk menahan?
Kepergianmu adalah niscaya yang tak bisa kita tawar
Menarik kita menjauh
Membentangkan jarak antara senyummu dan sapaku

Namun
kenang yang telah kau lukis di jiwaku tak kan pupus
Kiprah yang kau toreh akan terpatri di benakku
Sejauh apapun kau melempar sauh, menjauh
Tak akan menghapus segala ingatan tentangmu

Kawan
Kukirimkan rangkaian harap kepada yang Esa
Doa yang menjadi pengikat persaudaraan kita
Dekaplah rapat-rapat di dadamu
Untuk bahagiamu, di tempat yang baru

-nuy-

Oia, emang aku bikin dan baca puisi buat acara apaan?
Ceritanya kantor lagi ngadain Team Building di Batu. Malamnya disambung perpisahan pegawai yang mutasi. Makanya isi puisinya tentang kebersamaan tp juga perpisahan.

Pas sebelum baca, deg2annya ga karuan. Tangan sampe gemeteran hebat. Mrncoba menetralkan debar jantung dengan tarik nafas pelan2.

Daan.. Seperti inilah penampilanku malam itu


Sila diklik link di atas kalo penasaran.

Setelah beberapa kali muter hasil rekaman. Aku merasa ada yg janggal sama puisi itu. Lama2 baru sadar, kalo dua bari terahir di bait pertama ga kebaca doong.. Ya Allaaah.. Pantesaan kok kyk ada yg kurang.

Grogi banget nget nget. Sampe kelewat gitu 
Terus. Aku jg ngerasa tempoku terlalu cepet. Jadi penjiwaannya kurang.. Dan kesan syahdunya juga kurang kuat. Yaah, begitulah.  Maafkan segala keterbatasan ini.

Tapi.. Aku lega..

Anyway… terimakasih sudah menyempatkan membaca. Saya mau lanjut merenung kembali di gerbong kereta.. Selamat pagi

0 komentar: