Post Power Syndrome...


Post-Power Syndrome merupakan sekumpulan gejala yang muncul ketika seseorang tidak lagi menduduki suatu posisi sosial, biasanya satu jabatan dalam institusi tertentu. Kondisi post-power syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja, masa jabatan berakhir, SK-nya tidak diperpanjang, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia kalendernya telah mencapai usia dimana orang tersebut harus pensiun. Gejala ini umumnya terjadi pada orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau jabatan dan ketika jabatan itu sudah tak lagi dipegang, muncullah berbagai gejala kejiwaan atau emosional yang sifatnya kurang positif. Post power syndrome merupakan tanda kurang berhasilnya seseorang menyesuaikan diri.

Secara umum, orang yang mengalami post power syndrome sebenarnya diliputi rasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, ketergantungan, kekosongan, dan kerinduan. Selain itu, harga dirinya juga menurun, merasa tidak lagi dihormati dan terpisah dari kelompok. Semua ini biasanya tidak begitu disadari oleh yang bersangkutan.

Gejala
Beberapa gejala dari post-power syndrome biasanya dapat dibagi ke dalam 3 kelompok:
1. Gejala fisik; misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah dan tampak kurang bergairah, sakit-sakitan.
2. Gejala emosi; misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
3. Gejala perilaku; misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, atau menunjukkan kemarahan dan kekecewaan baik di rumah maupun di tempat umum.

Turner & Helms (dalam Supardi, 2002) menggambarkan penyebab terjadinya post power syndrome dalam kasus kehilangan pekerjaan yakni (1) kehilangan harga diri- hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri); (2) kehilangan fungsi eksekutif- fungsi yang memberikan kebanggaan diri; (3) kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu; (4) kehilangan orientasi kerja; (5) kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Semua ini bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada gangguan psikologis, fisik serta sosial.

Ciri kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome
Beberapa ciri kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome di antaranya adalah mereka yang senang dihargai dan minta dihormati orang lain, suka mengatur, 'gila jabatan', menuntut agar permintaannya selalu dituruti, suka merasa lebih unggul daripada yang lainnya, dan suka dilayani orang lain. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan tertentu juga rentan terhadap syndrome ini. Istilahnya orang yang menganggap jabatan, gelar, pangkat, atau kekuasaan itu adalah segala-galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya. Secara ringkas mereka ini disebut sebagai orang-orang dengan need of power yang tinggi. Selain itu, ada pula mereka yang sebenarnya kurang kuat kepercayaan dirinya sehingga sebenarnya selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, melalui jabatannya dia merasa ”aman”.

Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari berbagai faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap apa makna dan tujuan ia mengabdi, bekerja, dan berkarya, pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga, dan budaya. Syndrome ini mampu mempengaruhi konsep diri seseorang, membuat seseorang merasa kehilangan peran, status, dan identitasnya dalam masyarakat menjadi berubah sehingga dapat menurunkan harga diri. (dari berbagai sumber)

copas dari sini

0 komentar: